Bahan Bakar Yang Tidak Harus Dibakar
Advanced Renewable
Tue , 14 May 2024 04:06 WIB
Era transisi energi dari fosil ke energi carbon neutral akan bisa win-win bagi semua stakeholders, salah satunya bila hal ini dilakukan. Yaitu bahan bakar fosil baik minyak hydrocarbon maupun batubara tidak lagi dibakar, melainkan digunakan sebagai carrier untuk energi bersih berupa hydrogen.
Stakeholder industri fosil tetap diuntungkan karena minyak, gas dan batubara yang mereka produksi terus bisa dipakai sampai habis, sementara bagi masyarakat umum yang merupakan stakeholder energi bersih juga akan mendapatkan energi bersihnya secara lebih cepat.
Ini bisa dicapai bila penggunaan energi fosil tidak lagi harus dibakar, atau dengan kata lain CO2 dari fosil ditangkap sebelum terjadinya pembakaran, dikenal sebagai pre-combustion carbon capture. Solusi ini merupakan gabungan antara teknologi Steam Gasification, Water Gas Shift (WGS) dan Reforming karya Advanced Renewable Organization (ARO), dan budidaya algae intensif karaya Tagar#PhotosyntheticRegeneration (PR).
Cara kerjanya untuk fosil berupa batubara dan hydrocarbon ada pada gambar di bawah. Untuk batubara, digasifikasi dengan udara dahulu untuk menghasilkan syngas, kemudian syngas yang semula kaya akan CO dan sedikit sekali H2, dikonversi menjadi H2 seluruhnya melalui WGS. Namun proses WGS ini selain memproduksi hydrogen juga akan menghasilkan CO2, maka disinilah pentingnya teknologi Algae tersebut di atas.
CO2 diumpankan ke budidaya algae, dan hasilnya adalah algae slurry - yang bisa langsung diumpankan ke reaktor XH2M untuk memproduksi H2 dan CO lagi melalui steam gasification, CO kemudian dirubah menjadi H2 dan CO2 melalui WGS kembali, begitu seterusnya system ini berjalan, tterus menghasilkan hydrogen, sedang CO2-nya selalu ditangkap kembali dan menjadi bahan bakar lagi secara regeneratif melalui algae.
Untuk bahan bakar hydrocarbon, baik minyak bumi maupun gas alam, prosesnya lebih sederhana karena langsung ke reforming dan WGS. Awalnya minyak dan gas direform di dalam reaktor XH2M, untuk menjadi CO dan H2. Kemudian secara simultan CO direaksikan dalam WGS untuk menjadi H2 dan CO2, inilah dua produk akhirnya.
Namun karena kita hanya butuh H2 sebagai bahan bakar yang bersih, maka CO2 ditangkap kembali untuk proses fotosintesa budidaya algae. Apakah H2 yang dihasilkan dengan cara ini green?
Untuk adilnya, bisa jadi tidak semua green tetapi sebagian besarnya adalah green, Mengapa demikian? Untuk H2 yang pertama hasil gasifikasi batubaru dan proses WGS, atau dari hydrocarbon yang melalui reforming dan WGS - dia disputable. Karena sebenarnya masih keluar CO2 , hanya saja kita tangkap kembali sepenuhnya.
Porsi kedua yang dari algae slurry, melalui steam gasification dan WGS mejadi Hydrogen dan CO2 yang ditangkap kembali, yang ini mestinya spenuhnya green. Selain tidak ada emisi yang keluar, fotosintesa tanamannya-pun menggunakan CO2 yang ditangkap dan digunakan - Carbon capture and Utilization atau CCU system ini sendiri.
Pos Lainnya
Back To The Future Fuels
May 14, 2024
Introducing Regenerative Energy Equation
May 14, 2024
Things To Do With Our Waste
May 14, 2024
Regenerative Generator First Appearance
May 14, 2024
Color of Flame
May 14, 2024
Kategori
Renewable Energy
Silakan mendaftar terlebih dahulu!
Untuk memposting komentar baru. Anda harus login terlebih dahulu. Masuk
Komentar
Tidak ada komentar