Bio-Gasoline 2.0
Advanced Renewable
Fri , 09 Dec 2022 18:24 WIB
Unggahan sebelumnya membahas Bio-Bensin generasi pertama (Bio-Gasoline 1.0) yang masih menggunakan minyak nabati sebagai bahan baku. Karena keterbatasan bahan baku di generasi pertama tersebut, kita harus dampingi dengan generasi berikutnya yang memiliki sumber bahan baku yang jauh lebih luas - yaitu biomassa lignoselulosa secara umum.
Bahan bakar yang menggunakan bahan baku biomassa lignoselulosa ini disebut biofuels generasi kedua atau dalam hal ini kami sebut Bio-Gasoline 2.0. Bahan baku yang meilimpah di Indonesia antara lain adalah sekam dan jerami padi, tongkol dan batang jagung, tandan kosong kelapa sawit dan bahkan juga batang pohon sawit yang ditebang untuk diremajakan. Tetapi bagaimana kita memproses bahan-bahan tersebut menjadi Bio-Gasoline 2.0?
Setelah dilakukan proses yang sifatnya umum seperti pencacahan dan penggilingan, langkah yang paling krusial adalah merubah biomassa padat menjadi apa yang disebut Bio-Oil. Mesin kunci dalam proses ini adalah reaktor autothermal fast pyrolysis seperti dalam foto di bawah.
Reaktor yang kami rancang dan buat sendiri ini mampu merubah biomassa padat menjadi Bio-Oil hanya dengan tenaga hembusan angin, karena suhu tinggi 500-700 derajat Celsius yang dibutuhkannya dihasilkan dari sebagian kecil biomassa yang dikorbankan untuk menghasilkan panas, untuk memproses sebagian besar biomassa - dari sinilah istilah autothermal berasal.
Namun Bio-Oil yang dihasilkan oleh reactor ini mayoritasnya masih berupa oxygenates - senyawa yang mengandung oksigen dan air, maka Bio-Oil baru bisa dipakai untuk bahan bakar boiler atau kompor/burner khusus. Untuk menjadi bahan bakar kendaraan bermotor masih perlu tiga proses lagi.
Pertama Bio-Oil dipisahkan melalui distilasi antara yang berat dan yang ringan, yang berat diarahkan untuk diesel dan yang ringan diarahkan untuk bensin. Kedua, yang ringan diproses melalui catalytic cracking yang akan menghasilkan mayoritasnya alkena rantai pendek seperti etilene dan propilene.
Namun senyawa-senyawa hydrokarbon tidak jenuh rantai pendek tersebut belum bisa menjadi bensin karena bensin butuh rantai yang lebih panjang di kisaran C5-C10, maka satu lagi proses untuk menyambung-nyambung rantai pendek tersebut menjadi rantai yang lebih panjang dalam proses yang disebut Oligomerization.
Dari proses yang terakhir tersebutlah akan dihasilkan hydrorarbon rantai sedang yang dibutuhkan untuk bensin. Komposisi hasil akan bisa diatur dari suhu yang digunakan pada dua proses terakhir yaitu cracking untuk memotong dan oligomerization untuk menyambung. Dengan dua proses terakhir ini pula bensin sekelas apapun bisa kita hasilkan , dari yang RON 90 sampai yang RON 110 bila perlu.
Intinya, kita punya pilihan lain selain pilihan yang dilematis antara subsidi yang membengkak atau menaikkan harga BBM. Pilihan ketiga itu bernama inovasi, sebab dari inovasi semacam inilah bahan bakar yang murah dan bersih bisa dihasilkan dari limbah yang melimpah di sekitar kita.
Pos Lainnya
Sajarotin Thoyyibatin
Dec 09, 2022
Simple and Highly Efficient Renewable Electricity
Dec 09, 2022
Valorisasi Limbah Menjadi Kombinasi Energi
Dec 09, 2022
Appearance of Compact Reformed Methanol Fuel Cells
Dec 09, 2022
Kategori
Renewable Energy
Silakan mendaftar terlebih dahulu!
Untuk memposting komentar baru. Anda harus login terlebih dahulu. Masuk
Komentar
Tidak ada komentar