EFBO : New Commodity In Energy Transition
Advanced Renewable
Tue , 11 Jul 2023 22:22 WIB
Renewable Energy Directive 2 (RED 2) di Uni Eropa yang berlaku bertahap dari tahun lalu (2022) hingga penerapan penuh tahun 2030 sesungguhnya bisa menjadi peluang baru bagi industri kelapa sawit di Indonesia. Dalam skema RED 2 tersebut memang minyak kelapa sawit tidak akan lagi digunakan sebagai feedstocks untuk biofuels mereka, hal ini juga berlaku untuk rapeseed oil, soybean oil dan vegetable oils lainnya.
Namun justru menariknya mereka ini mau menggunakan feedstock dari limbah kelapa sawit yang melimpah seperti tandan kosong atau EFB (Empty Fruit Bruch). Tergantung keberhasilan pengambilan minyak sawit di industri utamanya, EFB ini masih mengandung minyak antara 2% sampai 7%. Namun karena minyak ini 'tersimpan' rapat dalam EFB sehingga tidak ikut ter-ekstrak pada ekstraksi minyak yang standar, butuh langkah ekstra untuk bisa mengambil sisa-sisa minyak yang masih ada di EFB tersebut.
Salah satu yang efektif dan ekonomis adalah menggunakan solvent extraction, dengan cara ini semua minyak yang masih tersisa bisa diambil. Di Indonesia bahkan sudah beberapa industri sawit yang menggunakannya, namun sebagian besarnya masih belum 'mengambil' minyak ekstra ini. Minyak hasil ekstraksi lanjutan inilah yang disebut EFBO - Empty Fruit Bunch Oil.
Ada dua startup dalam lingkungan kami yang menggarap EFBO ini dari ujung ke ujung, pertama adalah startup joint venture antara Indonesia dan Malaysia dengan nama Eon Eco Energy (EEE), tugasnya antara lain menyediakan teknologi solvent extraction untuk EFB. Dan kedua adalah AfterOil Indonesia (AOI), startup finalist di Climate Impact Innovation Challenge (CIIC - https://lnkd.in/gyhk3EKs ) yang antara lain memasarkan produk EFBO ini ke industri yang sudah membutuhkannya.
Saat ini sudah ada permintaan lebih dari 1000 ton EFBO tersebut per bulannya, masih sangat banyak lagi permintaan yang akan datang, untuk antara lain bahan baku Sustainable Aviation Fuels (SAF). Maka kami mengundang seluruh industri sawit yang belum mengolah EFB untuk diambil EFBO-nya, dapat bersinergi dengan EEE dan AOI untuk menggarap bahan baku dan pasar yang masih sangat lucrative ini.
Renewable Energy Directive 2 (RED 2) di Uni Eropa yang berlaku bertahap dari tahun lalu (2022) hingga penerapan penuh tahun 2030 sesungguhnya bisa menjadi peluang baru bagi industri kelapa sawit di Indonesia. Dalam skema RED 2 tersebut memang minyak kelapa sawit tidak akan lagi digunakan sebagai feedstocks untuk biofuels mereka, hal ini juga berlaku untuk rapeseed oil, soybean oil dan vegetable oils lainnya.
Namun justru menariknya mereka ini mau menggunakan feedstock dari limbah kelapa sawit yang melimpah seperti tandan kosong atau EFB (Empty Fruit Bruch). Tergantung keberhasilan pengambilan minyak sawit di industri utamanya, EFB ini masih mengandung minyak antara 2% sampai 7%. Namun karena minyak ini 'tersimpan' rapat dalam EFB sehingga tidak ikut ter-ekstrak pada ekstraksi minyak yang standar, butuh langkah ekstra untuk bisa mengambil sisa-sisa minyak yang masih ada di EFB tersebut.
Salah satu yang efektif dan ekonomis adalah menggunakan solvent extraction, dengan cara ini semua minyak yang masih tersisa bisa diambil. Di Indonesia bahkan sudah beberapa industri sawit yang menggunakannya, namun sebagian besarnya masih belum 'mengambil' minyak ekstra ini. Minyak hasil ekstraksi lanjutan inilah yang disebut EFBO - Empty Fruit Bunch Oil.
Ada dua startup dalam lingkungan kami yang menggarap EFBO ini dari ujung ke ujung, pertama adalah startup joint venture antara Indonesia dan Malaysia dengan nama Eon Eco Energy (EEE), tugasnya antara lain menyediakan teknologi solvent extraction untuk EFB. Dan kedua adalah AfterOil Indonesia (AOI), startup finalist di Climate Impact Innovation Challenge (CIIC - https://lnkd.in/gyhk3EKs ) yang antara lain memasarkan produk EFBO ini ke industri yang sudah membutuhkannya.
Saat ini sudah ada permintaan lebih dari 1000 ton EFBO tersebut per bulannya, masih sangat banyak lagi permintaan yang akan datang, untuk antara lain bahan baku Sustainable Aviation Fuels (SAF). Maka kami mengundang seluruh industri sawit yang belum mengolah EFB untuk diambil EFBO-nya, dapat bersinergi dengan EEE dan AOI untuk menggarap bahan baku dan pasar yang masih sangat lucrative ini.
Pos Lainnya
Bagi Yang Mau Berbagi
Jul 11, 2023
Menyimpan Energi Sampah dan Limbah Dalam Biometanol
Jul 11, 2023
Waste to Fuels Nomenclature
Jul 11, 2023
Partners in Bio-Hydrogen Development
Jul 11, 2023
Syngas for Distributed Power Generation
Jul 11, 2023
Kategori
Renewable Energy
Silakan mendaftar terlebih dahulu!
Untuk memposting komentar baru. Anda harus login terlebih dahulu. Masuk
Komentar
Tidak ada komentar