64x64

Muhaimin Iqbal
Author

Food Challenge

Advanced Renewable

Fri , 08 Dec 2023 20:42 WIB


Dikala dunia ramai membicarakan perubahan iklim dan pemanasan global, fokusnya seolah hanya pada penurunan emisi dan energi transisi menuju Net-Zero 2050. Ketahanan pangan yang seharusnya mendapatkan top priority - meskipun sudah mendapatkan perhatian - masih kurang maksimal, padahal manusia bisa bertahan hidup lebih lama dalam krisis energi ketimbang dalam krisis pangan.

Produksi pangan dunia seharusnya tumbuh 60% dari sekarang untuk bisa memenuhi kebutuhan pangan 10 Milyar orang tahun 2050. Padahal tanah di bumi tidak bertambah luas, dan supply air tawar-pun tidak bertambah banyak. Jadi apa yang bisa kita lakukan? Ada tiga hal yang bisa kami kontribusikan bagi dunia dalam mengamankan kebutuhan pangan jangka panjang ini.

Pertama adalah yang sudah sering saya unggah sebelumnya, yaitu recovery lahan-lahan kritis dan sangat kritis. Di Indonesia kita memiliki 14 juta hektar lahan kritis dan sangat kritis ini, di Turki ada 51 juta hektar, tidak terhitung jumlahnya di Middle East and North Africa (MENA), Afrika Tengah, Asia Selatan dan bahkan juga di Australia.

Salah satu cara recovery-nya adalah menggunakan biochar untuk perlakuan tanah-tanah gersang tersebut. Biochar akan dapat menyimpan air dan nutrisi, mendorong pertumuhan mikrobium dan dalam jangka panjang akan mengundang hujan untuk turun melalui perubahan albedo - yaitu menurunkan pantulan cahaya matahari melalui perubahan warna dan tekstur permukaan tanah.

Kedua adalah melalui diversifikasi produk pangan, lahan-lahan kritis ini setelah direcovery-pun tidak bisa diharapkan untuk produksi padi misalnya, karena produksi padi butuh air yang sangat banyak. Namun bila untuk produksi buah, sayur dan kacang-kacangan mestinya sangat memadai. Jadi komponen makanan dari buah sayur dan kacang-kacangan inilah yang bisa menjadi diversifikasi pangan kita kedepan.

Ketiga adalah meningkatkan produksi pangan per satuan luas lahan, namun ini tidak bisa dilakukan dengan membanjiri lahan pertanian dengan pupuk kimia - karena akan justru berdampak pada kerusakan lahan dan lingkungan, seperti dampak pemupukan yang masif di sentra-sentra produksi padi kita sejak tahun 1980-an.

Maka dalam urusan pupuk ini-pun harus ada inovasi yang luar biasa untuk mendongkrak produksi pangan tanpa dampak kerusakan lingkungan tersebut di atas. Salah satunya adalah penggunaan pupuk daun yang beskala nano, pupuk yang berukuran sangat kecil - lebih kecil dari diameter stomata atau mulut daun ini - akan lansgung masuk ke metabolisme tanaman, pupuk yang sedikit-pun akan cukup karena dia sangat efektif.

Baik biochar maupun pupuk nano ini bisa diproduksi sebagai produk turunan pengolahan sampah organic yang miniplant-nya saya perkenalkan kemarin https://lnkd.in/guhEfprm . Jadi insyaAllah kita bisa berkontribusi untuk ketahanan pangan untuk negeri maupun bumi ini.

Tags:
Energy Emission Net-Zero Food Biochar

Silakan mendaftar terlebih dahulu!

Untuk memposting komentar baru. Anda harus login terlebih dahulu. Masuk

Komentar

Tidak ada komentar