Menghadirkan Mata Air Di Gurun
Advanced Renewable
Thu , 21 Dec 2023 17:03 WIB
Sejak menciptakan wakilNya di muka bumi yaitu manusia, Allah menghendaki ciptaanNya yang satu ini cerdas dan mampu mengatasi segala tantangan zamannya. Sejak 1,400 tahun lalu kita sudah ditantang untuk menembus penjuru langit dan bumi (55:33), kita juga disuruh mebaca ayatNya (petunjukNya) untuk menghadirkan mata air di bumi yang mati seperti di gurun (36:33-34).
Bisa jadi kita belum perlu melakukan perjalanan menembus penjuru langit dan kedalaman bumi, belum perlu pula hidup di padang pasir yang nyaris tiada kehidupan, tetapi ketika kita terus menerus memikirkan yang ekstrem semacam ini, berbagai solusi masalah kehidupan di bumi yang normal akan lebih mudah teratasi.
PetunjukNya tentang cara menghadirkan mata air di gurun tersebut misalnya, dengan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sudah sangat mungkin dilakukan. Di sejumlah ayatNya yang lain, ketika Allah hendak menghidupkan bumi dengan tanaman-tanaman biasanya didahului dengan ayat tentang turunnya hujan. Tetapi tidak di Surat Yaasin 33 tersebut di atas, ujug-ujug biji-bijian tumbuh di bumi yang mati. Bagaimana bisa tanpa ada air? Disitulah kita disuruh berpikir!
Kita harus bisa memecahkan masalah air ini sebelum bisa menanam di gurun. Dengan teknologi Capacitive De-Ionization (CDI) misalnya- saat ini sudah memungkinkan melakukan desalinasi air laut secara massal dan murah. Dengan kombinasi drip irrigation dan terra-preta (bertani di tanah hitam atau arang), bertani bisa dilakukan dengan air yang sangat sedikit karena arang akan bisa menyimpan air sedikit tersebut, sehingga tidak mudah hilang oleh run-off ataupun evaporasi.
Dengan arang yang diaktivasi kemudian di-nanofikasi, kita akan bisa memproduksi pupuk daun dalam ukuran nano ( nano-fertilizer ) yang sangat efektif, disemprotkan ke mulut daun dan langsung terserap - tidak sempat menguap di gurun yang panas.
Kombinasi tanah gurun yang telah diolah dengan teknik terra-preta dan tanaman biji-bijian yang mudah tumbuh dengan cepat, akan serta merta merubah warna dan tekstur gurun. Perubahan ini akan menurunkan albedo - yaitu pantulan sinar matahari yang mengenai permukaan bumi. Ketika albedo turun, awan yang terbentuk di atmosfir gurun-pun akan sempat menggumpal menjadi besar dan akhirnya turun hujan.
Saat itulah kita akan bisa mulai menanam tanaman yang lebih besar, semak, perdu dan bahkan pohon seperti kurma. Sistem perakaran pada tanaman ini akan membantu menyimpan air hujan yang turun sehingga secara bertahap akan menghadirkan cadangan air di tanah, dan pada waktunya akan memancar sebagai mata air.
Jadi berdasarkan petunjukNya tersebut di atas, yang kemudian kita jabarkan dengan teknologi kekinian untuk implementasinya, insyaAllah kita bisa menghadirkan mata air di gurun sekalipun. Nah, kalau di gurun-pun kita bisa, yang di negeri tropis banyak hujan ini kita kudu bisa minimal mempertahankan mata air yang ada, dan bahkan dalam jangka panjang kudu bisa menghadirkan mata air-mata air baru.
Pos Lainnya
Gas On Demand Technologies
Dec 21, 2023
CO2? Kalengkan Saja!
Dec 21, 2023
Making The Hydrogen Economy Make Sense
Dec 21, 2023
ASP+ Untuk Aktivasi dan Fungsionalisasi Carbon
Dec 21, 2023
Bahan Bakar Regeneratif, Berapa Biayanya?
Dec 21, 2023
Kategori
Environment
Silakan mendaftar terlebih dahulu!
Untuk memposting komentar baru. Anda harus login terlebih dahulu. Masuk
Komentar
Tidak ada komentar