Perspektif : CO2 Sebagai Sumber Energi Baru
Advanced Renewable
Thu , 08 Dec 2022 20:54 WIB
Lonjakan harga bahan bakar dan subsidi energi di seluruh dunia sangat bisa jadi karena kita salah persepsi tentang sumber energi dasar itu, akibatnya kita salah bertindak dalam memakmurkan bumi ini. Bumi kita rusak padahal tugas kita seharusnya memperbaikinya. Perhatikan pelajaran biologi kita sejak sekolah dasar yang saya tampilkan kembali dalam ilustrasi di bawah.
Untuk memproduksi energi, bahan baku utamanya adalah CO2 dan air. Melalui bantuan sinar matahari keduanya diubah menjadi karbohidrat dan oksigen, Oksigennya kita hirup untuk pernafasan kita, karbohidratnya adalah energi dasar. Perhatikan rumusnya C6H12O6, bila dimakan dia langsung menjadi energi untuk tubuh kita.
Tetapi karena terangkai panjang dan kompleks dalam struktur tanaman yang disebut selulosa, lignoselulosa dlsb, tidak semuanya bisa di makan. Bahkan sebagian besar hasil fotosistesis ini memang tidak untuk kita makan. Untuk apa? Itulah dia menjadi energi dalam bahasa yang lebih luas.
Masyarakat primitif menggunakannya sebagai energi dengan membakarnya langsung untuk memasak makanan maupun menghangatkan tubuhnya di musim dingin. Masyarakat primitif modern juga melakukannya dengan cara yang sama , tetapi menunggu biomassa tersebut menjadi fossil dahulu dalam jutaan tahun - baru dimanfaatkannya sebagai energi - untuk memasak makanannya, menghangatkan ruangannya, menjalankan mobilnya dlsb.
Sesungguhnya kita diberi petunjuk langsung olehNya, untuk bisa menggunakan hasil proses fotosintesa tersebut langsung sebagai energi - selagi dia masih hijau atau tidak harus menunggu jadi fosil dahulu (QS 36:80; QS 56: 71-73 dlsb).
Bahasa ilmu pengetahuan dan teknologinya antara lain adalah merubah biomasa menjadi bio-oil melalui proses fast pyrolysis, kemudian meng-upgrade-nya menjadi biofuels melalui catalytic cracking. Prinsipnya hanya merubah rumus dasar C6H12O6 tersebut diatas menjadi rangkaian hidrokarbon (HC) dengan panjang dan bentuk yang kita kehendaki.
Maka waktunya kita melihat kembali pelajaran yang sudah kita peroleh sejak sekolah dasar tersebut. Karena CO2 sama pentingnya dengan air dalam proses menyediakan energi bagi seluruh penduduk bumi, maka jangan dimusuhi dia, jangan membenamkannya dalam tanah dengan berbagai teknologi canggih, perlakukan dia seperti kita memperlakukan air, kelola dia - gunakan untuk menumbuhkan tanaman.
Kalau toh produksi CO2 itu terlalu besar karena aktivitas kehidupan kita yang masif mengeluarkan emisi, tangkap kembali CO2 itu dengan cara yang masif pula tetapi tetap dengan cara yang alami - yaitu merubahnya melalui fotosisntesa untuk menjadi energi kembali. Dia Sang Pencipta juga sudah menyediakan ciptaanNya yang bisa menyerap CO2 sangat masif untuk pertumbuhannya yang eksponensial karena membelah diri - itulah microalgae.
Ya Robbi, tidak ada yang sia-sia dari setiap ciptaanMu ini, lindungilah kami dari api nerakaMu.
Pos Lainnya
Peluang Sehat Jasmani dan Ekonomi di 3M
Dec 08, 2022
AI Yang Tidak Selalu Cerdas
Dec 08, 2022
Waste Heat Energy (WHE), the Elephant in the Eyelid
Dec 08, 2022
Fuel Efficiency and Zero Emission - In Color
Dec 08, 2022
Kategori
Renewable Energy
Silakan mendaftar terlebih dahulu!
Untuk memposting komentar baru. Anda harus login terlebih dahulu. Masuk
Komentar
Tidak ada komentar