64x64

Muhaimin Iqbal
Author

Pilihan Bahan Baku Untuk Low Cost Biofuels

Advanced Renewable

Thu , 08 Dec 2022 21:13 WIB


Ditengah tingginya harga bahan bakar, beratnya subsidi dan ketidak pastian geopolitik global, maka pencarian bahan bakar alternatif adalah hal yang sangat urgent. Tetapi apa bahan bakar yang paling segera siap untuk berjuta-juta kendaraan yang sekarang sudah ada di jalan raya itu?

Maka riset kami mengerucut pada Bio-Oil yaitu minyak biomasa yang tidak berebut dengan pangan, lahan pertanian dan hutan. Bahan bakar Bio-Oil ini sudah lama dikenal di dunia dan bahkan sudah ada standarnya yaitu ASTM D7544. Namun untuk menjadi bahan bakar kendaraan perlu di-upgrade lagi untuk menjadi Gasoline Like Fuel (GLF), Diesel Like Fuel (DLF) dlsb. Inilah yang kami sebut BioLite, yaitu bahan bakar murah yang dihasilkan dari biomassa.

Dari sekian banyak pilihan biomassa yang ada di Indonesia, pilihan kami jatuh pada 7 bahan yang kami pilih berdasarkan kandungan energinya ketika diubah menjadi Bio-Oil, biaya bahan baku dan scaleability-nya. Pilihan tersebut adalah :

Yang ke 7 adalah sekam padi, dia pas memenuhi standar ASTM D7544 dan sumbernya cukup melimpah. No 6 adalah Napier Grass sejenis rumput gajah yang bisa tumbuh bak ilalang untuk mengisi lahan-lahan yang iddle. No 5 adalah serbuk gergaji karena keberadaannya di Indonesia juga cukup besar seiring dengan pertumbuhan industri produk hutan.

No 4 adalah tongkol jagung, selain kandungan energinya yang tinggi - jumlahnya melimpah karena pertumbuhan produksi jagung untuk pakan ternak. No 3 adalah limbah padat perkotaan, kandungan energinya tinggi dan volumenya melimpah di seluruh kota-kota besar di Indonesia.

Yang ke 2 atau runner-up adalah tandan kosong sawit, Ada sekitar 16 juta hektar lahan sawit di Indonesia saat ini dan mayoritas limbahnya yang berupa tandan kosong belum menjadi produk nilai tambah. Dengan kandungan energi yang cenderung tinggi pada Bio-Oil hasil olahan tandan kosong ini - di kisaran 29 MJ/kg, maka sudah seharusnya ini menjadi salah satu fokus pencarian bahan baku untuk bahan bakar murah ini.

Juara pertamanya adalah microalgae, mengapa? Biaya investasi untuk infrastruktur budidaya microalgae memang cenderung tinggi, tetapi biaya ini bisa diserap oleh anggaran pengendalian emisi (carbon removal) dari industri-industri yang mengeluarkan emisi tinggi. Toh mereka memang harus mengeluarkan biaya untuk pengendalian emisi tersebut, sambil menyelam minum air - sambil mengatasi emisi memproduksi energi.

Faktor lain kami memilih microalgae juga karena scalability-nya yang nyaris tidak terbatas. Bisa ditanam di laut yang luasnya 3 kali daratan kita. Dengan kandungan energi juga yang tertinggi diantara biomasa lain - sampai 30MJ/kg, maka microalgae memang layak menjadi juaranya.

Dalam realita di lapangan, kita bisa menggunakan seluruh 7 bahan baku tersebut untuk secara bersama-sama menggantikan ketergantngan kita pada bahan bakar fosil, untuk saat ini maupun nanti - ketika minyak tidak ada lagi di negeri ini.

Tags:
Biofuels

Silakan mendaftar terlebih dahulu!

Untuk memposting komentar baru. Anda harus login terlebih dahulu. Masuk

Komentar

Tidak ada komentar