Dekarbonisasi dan Desulfurisasi Industri Maritim
Advanced Renewable
Tue , 12 Mar 2024 16:38 WIB
International Maritime Organization (IMO) sejak Januari 2020 memberlakukan peraturan yang ketat terkait kandungan sulfur pada bahan bakar kapal yang digunakan, dari yang semula 3.5% menjadi 0.5%. Bahkan di perairan yang termasuk Emission Control Areas (ECAs), batas ini 0.1% yang berlaku sejak 2015.
Salah satu dampak dari peraturan ini adalah kapal-kapal harus menggunakan bahan bakar dari kategori minimal very low sulphur fuel oil (0.5% VLSFO), bahkan ultra-low sulphur fuel oil (0.1% ULSFO) atau Marine Gas Oil (0.1% MGO), tentu semuanya menjadi lebih mahal ketimbang bahan bakar kapal sebelumnya.
Cara lain adalah dengan memasang scrubbers atau exhaust gas cleaning system agar gas buang kapal menjadi memenuhi batas ketentuan IMO tersebut meskipun bahan bakarnya bukan VLSFO atau ULSFO. Di luar ketentuan tentang sulfur ini, industri maritime tentu juga harus berkontribusi dalam menekan emisi CO2 yang mejadi fokus dunia saat ini.
Sejalan dengan apa yang sudah dilakukan oleh indsutri maritime ini, para insinyur di Advanced Renewable Organization (ARO) melihat peluang lain yang juga bisa dilakukan untuk industri maritime - yang menjadi tulang punggung dari perdagangan dunia ini. Yaitu bukan hanya menurunkan sulfur dan carbon, tetapi juga menurunkan kebutuhan akan bahan bakar kapal secara keseluruhan.
Dasar pemikirannya adalah, bila bahan bakar kapal bisa dihemat 50-77%, maka biaya pengiriman barang antar pulau dan antar negara akan bisa menjadi jauh lebih murah, lebih dari itu pulau-pulau terpencil di muka bumi ini akan lebih mudah dijangkau karena kapal-kapal yang melayani pulau ini terjamin ketersediaan bahan bakarnya.
Dengan apa bahan bakar bisa dihemat secara significant tersebut di atas? Dengan konsep Regenerative Energy (RE) yang sudah sering saya unggah di media ini. Dengan konsep RE ini, emisi kapal sepenuhnya ditangkap, unsur sulfur dan nitrogen dipsahkan untuk menjadi bahan baku pupuk, sedangkan CO2 yang merupakan mayoritas kandungan gas buang kapal diproses ulang menjadi RE tersebut.
Karena ukuran kapal ini umumnya cukup besar, sangat mungkin memasang OCCYRE (Onboard Carbon Cycles for Regenerative Energy) reactor, XH2 (Extra High Hydrogen) reactor dlsb. di dalam kapal, yang dengan reaktor-reaktor ini CO2 dapat dimanfaatkan kembali menjadi bahan bakar kapal itu sendiri.
Dengan cara ini emisi kapal akan hilang sama sekali, tidak ada CO2, SOx, NOx dan VOC, dan kapalpun akan menjadi sangat hemat bahan bakar. Gambar di bawah adalah karya para insinyur di ARO dibantu AI, untuk rancangan kapal yang bebas emisi tersebut, termasuk mesinnya yang sesuai.
Pos Lainnya
Satu Lagi BBM - Bahan Bakar Murah
Mar 12, 2024
Ekosistem Energi Regeneratif
Mar 12, 2024
In Search of the Rare
Mar 12, 2024
Penampakan BBM - Bahan Bakar Multiguna
Mar 12, 2024
Advanced Renewable Feedstocks Nan Melimpah
Mar 12, 2024
Kategori
Renewable Energy
Silakan mendaftar terlebih dahulu!
Untuk memposting komentar baru. Anda harus login terlebih dahulu. Masuk
Komentar
Tidak ada komentar