64x64

Muhaimin Iqbal
Author

Democratized, Distributed and Disruptive Domestic Energy

Advanced Renewable

Mon , 12 Dec 2022 16:55 WIB


Dalam hal energi untuk kebutuhan rumah tangga dan komersial, para pengambil keputusan di negeri ini nampak belum sepaham benar - apa yang bisa dipakai untuk menggantikan LPG. Selain hampir seluruhnya impor, LPG juga semakin mahal dan harus disubsidi dengan sangat berat, maka memang harus dicari penggantinya.

Untuk sesaat beberapa waktu lalu arah penggantinya nampaknya menggunakan listrik, berupa kompor induksi - tetapi last minute pengganti ini-pun dibatalkan. Bisa dipahami keputusan ini karena listrik bukanlah energi yang murah, dan juga belum menjadi energi yang bersih selagi mayoritas - sekitar 85%-nya masih menggunakan fosil.

Konon kini salah satu yang sedang disiapkan sebagai pengganti itu adalah Dimethyl Ether (DME), hanya saja masih tergantung bahan baku yang digunakan untuk memproduksi DME ini, bila dia diproduksi dari hilirisasi batubara - maka dia juga belum menjadi energi yang bersih. DME memiliki kandungan energi yang hanya 2/3 dari LPG. Jadi kalau LPG sekarang harganya Rp 18,000/kg, maka DME harusnya tidak lebih dari Rp 12,000/kg. Dengan kandungan energi yang lebih rendah, masyarakat juga harus siap dengan tabung yang lebih besar, atau tetap dengan tabung yang sama hanya akan lebih cepat habis.

Semua solusi terebut di atas masih bersifat top-down, masih juga bersifat industri yang terpusat, dikuasai para pemodal besar, masyarakat hanya sebagai pasar saja. Di era transisi energi, solusi itu seharusnya melibatkan masyarakat luas - democratized, agar ekonomi energi menjadi milik rakyat, distributed - karena sumber bahan bakunya menyebar, dan disruptive - agar ada terobosan yang bukan business as usual.

Solusi 3D (Democratized, Distributed and Disruptive) itu justru bisa dimulai dari bahan bakar domestik untuk menggantikan LPG tersebut. Yang kami tawarkan adalah Bio-Oil, yang bisa diproduksi oleh masyarakat langsung baik yang di kota maupun yang di desa bahkan yang di pulau terpencil. Yang di kota menggunakan sampah kota, yang di desa menggunakan biomassa.

Bio-oil ini bisa diusahakan dalam skala kecil oleh koperasi, komunitas komplek perumahan mupun komplek industri dan komersial. Reaktor fast pyrolysis untuk bisa memproduksi bio-oil ini sudah bisa mulai dipesan oleh masyarakat maupun institusi yang tertarik untuk menjadi pioner dalam pengembangan solusi ini.

Lantas siapa yang akan dapat menggunakan bio-oil ini langsung? Bisa mulai dari UMKM produksi seperti restoran, catering, pabrik tahu, pabrik kue dlsb yang perlu energi banyak dalam proses produksinya. Untuk bisa menggunakan langsung bio-oil ini butuh kompor khusus, yang produksinya-pun bisa dilakukan oleh umkm perbengkelan. Bengkel yang tertrik untuk ikut memproduksinya bisa menghubungi kami.

Selain murah, terbarukan, menumbuhkan ekonomi energi yang melibatkan msyarakat luas - yang jelas bahan bakar yang satu ini tidak membutuhkan subsidi, jadi betapa beruntungnya negeri ini bila solusi ini yang diadopsi.

Tags:
Energy LPG

Silakan mendaftar terlebih dahulu!

Untuk memposting komentar baru. Anda harus login terlebih dahulu. Masuk

Komentar

Tidak ada komentar