Introducing the New Oil : CO2 Oil
Advanced Renewable
Tue , 19 Dec 2023 15:53 WIB
Bila cadangan minyak bumi hanya dikuasai oleh segelintir negara kaya di dunia, tidak demikian dengan minyak baru yang satu ini - semua negara memilikinya, jadi tidak akan ada lagi satu negara yang bergantung pada negara lain untuk kebutuhan minyaknya. Tambang minyak baru itu adanya di cerobong-cerobong asap pabrik dan pembangkt listrik, cerobong asap kapal, gas buang pesawat dan kendaraan , dari apa saja yang selama ini mengeluarkan emisi CO2.
Maka minyak baru ini kami sebut CO2 Oil, bisa diproduksi oleh siapa saja yang memiliki resources-nya, tidak harus raksasa energy dunia yang melakukannya, usaha tingkat menengah di daerah-pun bisa melakukannya. Mayoritas teknologinya-pun matang, hanya ada satu saja teknologi yang harus kami kembangkan sendiri karena belum tersedia di pasar.
Teknologi yang kami kembangkan sendiri itu yang di pojok kiri atas dari sketsa di bawah. Teknologi ini kami sebut Onboard Carbon Cycles (OCCY) Reactor, fungsinya menangkap CO2 dan merubahnya menjadi CO mengikuti reaksi Boudouard. Setelah menjadi CO, sebagian digunakan untuk menghasilkan hydrogen melalui Water Gas Shift (WGS) Reactor, sebagian lain langsung ke Fischer-Tropsch Synthesis reactor (FTS).
FTS ini teknologi matang yang sudah digunakan dalam skala industri besar sejak PD II, fungsinya untuk memproses CO dan H2 untuk menjadi Synthetic Crude Oil (Syncrude), kurang lebih seperti minyak bumi tetapi yang ini renewable. Dari syncrude inilah segala bahan bakar hydrocarbon yang kita pakai sekarang bisa diproduksi, bisa berupa diesel, jet-fuel, bensin maupun LPG.
Ketika bahan bakar tersebut digunakan, dia akan dibakar dan akan menghasilkan CO2 lagi, CO2 ini bisa kita tangkap kembali dengan berbagai teknologi FlueTrap yang kami kembangkan. Dari sini CO2 akan kembali mengawali siklus berikutnya dengan proses OCCY tersebut diatas.
Bisa dibayangkan sekarang kalau negara-negara menggunakan teknologi ini, semuanya akan memiliki kesempatan dan akses yang sama terhadap minyak, kitapun tidak perlu lagi mengimpor minyak maupun bahan baku LPG. Namun seberapa besar potensinya?
Ambil contoh kasus Indonesia, dalam skema NDC (Nationally Determined Contribution), kita telah berkomitmen unuk menurunkan 32% emisi CO2 kita dari Bussiness As Usual tahun 2030, ini setara 912 juta ton CO2e per tahun. Bayangkan kalau yang sudah kita committed untuk mengurangi ini saja yang kita olah menjadi minyak mentah terbarukan (syncrude), ini akan setara produksi 6.77 juta barrel per hari (BPD). Kurang lebih ini setara 10 kali kapasitas produksi harian minyak mentah kita saat ini!
Kita akan kembali menjadi negeri pengekspor minyak lagi bila kita yang melakukannya duluan, atau setidaknya menjadi sawsembada minyak - bila negeri-negeri lain juga melakukan hal yang sama.
Pos Lainnya
Integrated Power Generation and Fuels Production
Dec 19, 2023
Agrowaste Sustainable Chemicals
Dec 19, 2023
BioSyngas : Komoditi Transisi Energi
Dec 19, 2023
Regenerative Fuels Family
Dec 19, 2023
Old Machine For New Energy
Dec 19, 2023
Kategori
Renewable Energy
Silakan mendaftar terlebih dahulu!
Untuk memposting komentar baru. Anda harus login terlebih dahulu. Masuk
Komentar
Tidak ada komentar