Perpetual Carbon Cycles, Learning From the Nature
Advanced Renewable
Fri , 09 Feb 2024 16:55 WIB
Sejak dua manusia pertama diturunkanNya ke bumi, Adam dan Hawa, bumi ini dihuni dengan jumlah penduduknya yang terus meningkat. Pertumbuhan penduduk dunia ini adalah karena adanya proses regenerative, sepasang manusia - menurunkan manusia-manusia baru berikutnya.
Karena manusia terus bertambah banyak, sarana penunjang kehidupannya juga diciptakanNya dengan prinsip yang sama, yaitu tumbuh secara regenerative. Petani menanam biji-bijian, sebagian kita makan - sebagian ditanam kembali. Demikian pula dengan ternak, tumbuh berkembang biak - secara regenerative, agar kita bisa terus menikmati daging, susu, keju dlsb.
Sebagaimana dengan system regenerative untuk diri dan pangan kita, untuk energipun harus bisa tumbuh demikian. Pertumbuhan kembali inipun sudah terjadi di alam, yang kita kenal dengan energi biomassa. Hanya saja energi biomassa ini perputarannya kurang cepat untuk mengimbangi pertumbuman penduduk dunia dan pertumbuman adopsi teknologinya - karena semakin tinggi adopsi teknologi, orang butuh semakin banyak energi.
Maka pertumbuman energi secara regenerative ini harus bisa kita percepat, dengan mensikluskan unsur energi yang paling mudah untuk disikluskan, yaitu carbon. Bila yang di alam siklus carbon ini dari CO2 dengan air dan sinar matahari menjadi CxHyOz (Biomassa), kemudian ketika dibakar akan kembali menghasilkan CO2, yang kita percepat-pun mirip, yaitu CO2 - CO -Oxygenates (CmHnOy) atau Hydrocarbon (CxHy), ketika regenerative fuels ini dibakar, kembali juga CO2 akan dihasilkan.
Pra-syarat dari regenerative fuels ini adalah kemampuan kita untuk bisa menangkap CO2 yang hingga kini masih selalu dibuang ke atmosfer bumi. Ada dua sistem penangkapan CO2 yang kami perkenalkan, yaitu yang kami sebut post combustion dan pre-combustion superti dalam grafik di bawah.
Post-combustion adalah ketika bahan bakar hydrocarbon digunakan di mesin-mesin konvensional superti generator set, boiler dlsb. Emisi CO2 dari hasil pembakaran pada mesin-mesin tersebut yang kita tangkap dan rubah menjadi CO melalui OCCYRE Reactor. CO dan H2 - yang juga bisa diproduksi dari CO melalui Water Gas Shift, kemudian dirubah menjadi hydrocarbon kembali melalui Fischer-Tropsch Synthesis, untuk bisa digunakan di mesin konvensional semula.
Sedangkan pre-combustion CO2 kita tangkap dan rubah menjadi CO dengan OCCYRE pula, namun CO yang dihasilkan digunakan untuk memproduksi oxygenates yang tilak dibakar langsung. Oxygenates seperti methanol, ethanol dan DME - Dimethyl Ether, dapat difungsikan sebagai hydrogen carrier. Oxygenates di-reform in-situ untuk menghasilkan hydrogen yang dibutuhkan, sedangkan limbahnya berupa CO2 di-recycles kembali menggunakan OCCYRE reactor. Ketika H2 dibakar atau dioksidasi, dia sudah tidak menimbulkan emisi CO2 lagi.
Sebagaimana manusia akan tetap eksis di bumi ini hingga akhir zaman, begitu pula sumber-sumber rezekinya, termasuk energi yang disiapkan secara regenerative ini.
Pos Lainnya
World of Regeneratives
Feb 09, 2024
Solution for FEW Trilemma
Feb 09, 2024
Circular Energy Economy
Feb 09, 2024
The Broken Cage
Feb 09, 2024
Tantangan Hidrogen Hijau Satu Dolar
Feb 09, 2024
Kategori
Renewable Energy
Silakan mendaftar terlebih dahulu!
Untuk memposting komentar baru. Anda harus login terlebih dahulu. Masuk
Komentar
Tidak ada komentar