Reformasi Energi dengan Teknologi Reformasi
Advanced Renewable
Tue , 14 May 2024 04:26 WIB
Apa yang disepakati para pemimpin dunia di Paris Agreement 2015, untuk menekan global warming tidak lebih dari 1.5 derajat Celsius, harus ada penurunan emisi dunia hingga 45% tahun 2030 dan Net Zero Emission 2050. Lebih dari separuh waktu dari 2015 menuju 2030 kini telah berlalu, masih akan tercapai kah terget tersebut?
Mungkin tidak akan tercapai kalau hanya mengandalkan effort pemerintah-pemerintah di dunia. Tetapi yang tinggal di bumi ini adalah kita - rakyat biasa di seluruh dunia, terlepas siapapun pemimpin kita, kita butuh udara segar, bahan bakar yang bersih dan terjangkau dlsb., maka urusan untuk menurunkan emisi ini adalah urusan kita-kita juga mestinya.
Dan inilah yang kami lakukan di Advanced Renewable Organization (ARO), aliansi masyarakat peneliti, ilmuwan, pemikir dan pelaku bisnis yang concern terhadap seluk beluk energi, emisi dan efisiensi (E3) untuk bisa memberikan karya terbaik bagi dunia.
Dari serangkian reaktor yang kami kenalkan seelumnya, diantaranya ada BTX reactor (https://lnkd.in/giTxj9DR) untuk merubah biomassa apa saja yang ada di sekitar kita menjadi segala jenis bahan bakar yang paling banyak kita pakai, seperti LPG, benisn, diesel dan bahkan juga jet-fuel.
Dengan reaktor tersebut masyarakat industri, komunitas , daerah bahkan negara yang tidak punya sumber minyak-pun akan dapat memproduksi bahan bakarnya sendiri yang bersih, karena sampah, emisi CO2 dan air yang menjadi bahan baku nya selalu ada di mana-mana. Ini dari sisi produksi energi yang responsible, bagaimana dengan sisi konsumsinya?
Reformasi energi memang baru akan tuntas bila sisi konsumsi atau penggunaan energi juga berubah. Kita tahu bahwa penggunaan energi pada Internal Combustion Engine (ICE), yaitu mesin yang paling banyak digunakan di dunia saat ini, efisiensinya hanya di kisaran 25% - 30% saja, jadi terbuka peluang besar untuk penghematan energi melalui peningkatan efisiensi ini.
Salah satunya adalah penggunaan teknologi fuels cells yang efisiensi rata-ratanya sudah di atas 50%. Ketika teknologi fuel cells ini dipadu dengan teknologi reforming terbaru dari ARO yang kami sebut Steam Reforming and Shift (SRS), yang melibatkan reaksi Steam Reforming (reaksi 1) dan Water Gas Shift (reaksi 2), maka bahan bakar biogasoline yang diproduksi dengan BTX di atas, akan bisa menjalankan hydrogen fuel cells yang jauh lebih besar kapsitasnya ketimbang bahan bakar hydrogen murni.
Dari dua reaksi tersebut, 1 m3 bensin pada tangki yang bertekanan 1 Bar yang dipakai untuk men-delver H2 menggunakan teknloogi SRS, akan dapat men-deliver 317 kg H2, atau hampir 8 kali dari 1 m3 H2 murni pada tangki bertekanan 700 bar! Menyimpan dan membawa bensin tentu jauh lebih mudah dan lebih murah ketimbang menyimpan H2. Inilah salah satu bentuk resposnible production and comsumption, affordable clean energy (SDG 12 dan 7) itu.
Pos Lainnya
Greener Faster EV
May 14, 2024
Ekonomi BioHidrogen yang Mengganggu
May 14, 2024
Tambang Minyak Baru Di Tempat-Tempat Sampah
May 14, 2024
Perjalanan Menuju Si Biru
May 14, 2024
DCFC : The Next Waste To Energy Efficiency
May 14, 2024
Kategori
Renewable Energy
Silakan mendaftar terlebih dahulu!
Untuk memposting komentar baru. Anda harus login terlebih dahulu. Masuk
Komentar
Tidak ada komentar