Resiko dan Peluang Sampah Segede Gajah
Advanced Renewable
Tue , 12 Sep 2023 16:59 WIB
Meskipun kita sudah punya Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN), yang diperingati setap tanggal 21 Februari, kepedulian kita terhadap sampah sungguh sangat minim. HPSN sendiri ditrigger oleh peristiwa longsor besar yaang menelan 147 Jiwa di TPA Leuwigajah, Cimahi - Februari 2005.
Tetapi justru pas pada peringatan HPSN yang ke lima, di bulan yang sama Februari 2010, kejadian yang nyaris serupa terulang di TPA yang lain, yaitu TPA Galuga, 'ungtung'-nya korban tidak sebanyak di Leuwigajah - 'hanya' 4 jiwa, tetapi 'membunuh' satu jiwa-pun sama dengan membunuh seluruh umat manusia, untuk mengingatkan kita bahwa tidak ada satupun jiwa yang boleh dikorbankan karena kelalaian kita bersama ini.
Kejadian sejenis dalam berbagai skala terus bermunculan, dan yang masih hangat secara harfiah adalah dua kebakaran besar bulan ini di TPA Sukawinatan - Palembang dan Sarimukti Bandung, yang terakhir ini malah sudah sepekan belum padam saat artikel ini ditulis.
Ada pola musibah di TPA yang bisa kita pelajari dari 4 kejadian yang saya ambil sebagai contoh ini, yaitu di bulan Februari - musim hujan, kerawanan TPA adalah bahaya longsornya. Sedangkan di bulan Agustus - puncak musim kering, kerawanannya ada pada bahaya kebakarannya.
Pelajaran berikutnya yang harusnya sudah kita tangkap, adalah menumpuk sampah di TPA - akan selalu brpeluang menimbulkan musibah demi musibah. Di musim hujan resiko longsor, di musim kemarau resiko kebakaran. Kedua resiko ini bersifat accidental, terjadinya tiba-tiba tetapi bila terjadi dampaknya besar.
Ada resiko lain yang luput dari pemberitaan pada umumnya, yaitu resiko yang bersifat gradual. Kejadiannya perlahan, bertahap tetapi terus terakumulasi secara pasti. Resiko ini antara lain adalah rusaknya air tanah karena rembesan lindi, dan emisi gas methane ke udara.
Lantas bagaimana solusinya agar resiko sampah yang segede gajah tersebut bisa kita hindari? Tidak ada jalan lain solusinya kecuali mengindari terjadinya penumpukan sampah, dan menghindari sampah terdekomposisi menjadi lindi dan gas methane.
Bagaimana caranya? Tangani sampah secara in-situ dan in-time, ditempat kemunculannya - di komplek-komplek, pasar-pasar, lokasi komersial dan industri, dan olah sampah tersebut di hari yang sama dengan kemunculannya, sampah hari itu harus habis hari itu pula. Sampah bisa langsung jadi energi pendinginan, pemanasan, listrik maupun bahan bakar cair - Cold, Heat, Power and Fuels (CHPF).
Teknologinya sudah tuntas kami kompilasi di Sanggar WastoE (Waste To Energy), masyarakat institusi maupun korporasi yang tertarik untuk mengaplikasikan teknologi-teknologi ini bisa berdiskusi dengan kami.
Dengan cara ini PEMDA tidak perlu terus memperluas TPA, masyarakat dapat energi murah, air tanah kita bebas cemaran lindi, udara kita berkurang emisi dan daerah akan memiliki sumber pertumbuhan eknomi yang baru, yaitu ekonomi transisi energi - yang kini sedang dikejar oleh seluruh penghuni bumi ini.
Pos Lainnya
Perpetual Carbon Cycles, Learning From the Nature
Sep 12, 2023
Emisi untuk Energi dan Lingkungan
Sep 12, 2023
Warna Api Syngas Regeneratif, Warna Masa Depan Kita!
Sep 12, 2023
The Super Fire Burner
Sep 12, 2023
Integrated Carbon Capture for Fuel (ICCF)
Sep 12, 2023
Kategori
Renewable Energy
Silakan mendaftar terlebih dahulu!
Untuk memposting komentar baru. Anda harus login terlebih dahulu. Masuk
Komentar
Tidak ada komentar