64x64

Muhaimin Iqbal
Author

Bahan Bakar Alternatif, Dari Mana Asalnya?

Advanced Renewable

Thu , 08 Dec 2022 22:44 WIB


Kalau saja literasi energi itu diajarkan sejak dini dan ditindak lanjuti hingga aplikasinya, maka kita tidak akan pernah mengalami krisis energi. Kok bisa? Semua bahan bakar fosil yang kita andalkan hingga kini intinya adalah hydrocarbon, sedangkan hydrocarbon ini bertebaran di sekitar kita - namun kita menganggapnya sampah yang tidak berguna.

Biomassa yang tidak kita makan karena memang tidak enak dan keras - ituah yang secara umum disebut lignocellulose yang menjadi sampah dimana -mana, di daerah pertanian, di hutan yang menjadi sumber kebakaran pada musim kering, dan sampah perkotaan - yang menyedot begitu banyak anggaran. Semua limbah dan sampah ini mengandung rata-rata 50 % lebihnya adalah hydrocarbon, kalau kita bisa mengambil hydrocarbon ini maka itulah bahan bakar hijau itu.

Ini tidak sulit sebenarnya, hanya perlu disediakan alatnya dan dilatihkan ketrampilannya. Dari seluruh sampah dan limbah tersebut bisa diubah menjadi energi yang siap pakai yang disebut Bio-Oil. Selain bisa digunakan langsung untuk industri, dia bisa di-upgrade menjadi perbagai bahan bakar yang kita gunakan sekarang seperti solar, bensin dan bahkan juga bahan bakar pesawat terbang (avtur).

Sumber lain yang juga lebih mudah memprosesnya adalah minyak bekas atau minyak daur ulang. Dengan sekali proses melalui catalytic cracking dia bisa diubah menjadi berbagai bahan bakar yang kita butuhkan, baik solar, bensin maupun avtur.

Nice problem to have bila sampah dan limbah termasuk minyak bekas semuanya terolah menjadi bahan bakar - karena berarti kota- kota kita telah menjadi sangat bersih. Maka untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar selanjutnya adalah menanam pohon di 14 juta hektar lahan kita yang gersang. Pohon tamanu misalnya, dia menghasilkan minyak yang sangat banyak - hingga 71% dari berat kering kernel-nya. Minyaknya dengan mudah bisa diproses menjadi berbagai bahan bakar bio-hydrocarbon, juga melalui satu proses saja yaitu catalytyc cracking.

Bila lahan gersang kita juga habis - maka ini menjadi nice problem to have berikutnya - karena berarti tiada lagi kegersangan di negeri ini. Masih ada peluang untuk menghasilkan bahan bakar hijau berikutnya yang tiada habisnya, yaitu menanam microalgae di laut kita yang luasnya 3 kali daratan kita. Biomassa yang dihasilkan oleh microalgae ini lebih mudah lagi diproses menjadi bahan bakar cair karena dia tidak mengandung lignin.

Pendek kata negeri ini insyaAllah tidak akan pernah kekurangan bahan bakar, asal rakyat didorong untuk paham seluk beluk energi ini dan didukung pemerintah dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologinya, ketrampilannya, infrastrukyutnya dan segala yang menunjang tercapainya swasembada bahan bakar murah ini.

Pasti ini yang lebih murah dari pada terus menerus mensubsidi bahan bakar fosil yang separuhnya harus diimpor. Kalau saja sebagian kecil dari subsidi yang Rp 500 Trilyun itu digunakan untuk ini, insyaAllah kita akan segera merdeka energi!

Tags:
Fuels

Silakan mendaftar terlebih dahulu!

Untuk memposting komentar baru. Anda harus login terlebih dahulu. Masuk

Komentar

Tidak ada komentar