Bahan Bakar Dari Sampah Kita Kemarin!
Advanced Renewable
Tue , 12 Mar 2024 18:59 WIB
Suka atau tidak suka, faktanya bahan bakar yang paling banyak digunakan di dunia hingga saat ini masih berupa bahan bakar fosil, khususnya minyak bumi dan gas. Sayangnya minyak bumi dan gas ini tidak menyebar secara merata dan persediaannya terbatas. Akibatnya beberapa negara menjadi sangat kaya karena memiliki lebih dari yang dibutuhkannya, sedangkan yang lain sangat bergantung pada supply dari negara-negara kaya tersebut.
Tetapi minyak dan gas ini dahulunya - jutaan tahun silam - juga dari biomassa asalnya, dari tanaman, hewan dan microorganism. Bisakah kita memproduksi minyak dan gas seperti minyak bumi dan gas alam, tetapi dari biomassa yang segar? biomassa dari sampah kita yang kita buang kemarin?
Jawabannya bisa! Dan di laboratorium kami, di Advanced Renewable Organization (ARO) seluruh rangkian prosesnya sudah selesai dirancang, mayoritas bagian per bagian sudah diuji coba. Penampakan rangkian microplant-nya seperti pada gambar di bawah, ini untuk kapasitas sekitar 750 liter bahan bakar per jam.
Intinya ada 4 tahapan proses dari sampah basah atau kering, organic maupun non- organic untuk menjadi bahan bakar hydrocarbon seperti yang kita gunakan sekarang, diesel, bensin, jet-fuel atau minyak tanah dan LPG. Tahapan pertama sampah atau limbah dijadikan tepung bila kering atau bubur bila basah, inilah feedstocks yang kita taruh di penampungan paling ujung kanan.
Dengan teknis khusus yang disebut slurry eductor, tepung atau bubur tersebut ditekan oleh uap untuk masuk ke ruang reaktor XH2M, keluarannya akan berupa H2-Rich Syngas, yaitu syngas dengan rasio H2/CO >2.
Dari sini syngas akan ditekan lagi masuk ke reaktor berikutnya yang kami sebut GTX, Gas To X, dimana X=D bila untuk diesel, X=G untuk gasoline, X=J untuk jet-fuel dan X = L untuk LPG. Huruf-huruf ini bukan sekedar nama untuk produk yang diinginkan, tetapi juga terkait parameter proses yang dibutuhkan. Setiap huruf tersebut setidaknya mewakili 4 parameter yang berbeda, yaitu suhu operasi, residence time, tekanan dan katalis yang sesuai.
Setelah dikendalikan dengan parameter yang sesuai-pun tidak ada jaminan kalau keluaran dari XH2M adalah bahan bakar yang kita kehendaki. Bisa saja kepanjangan rantai C-nya, atau kependekan dlsb. Maka keluaran dari XH2M kita masukkan reaktor satu lagi yang kita sebut Fuzzy Logic Reactor - selain melakukan cracking, reaktor ini sekaligus memilah-milah produk akhir agar sesuai dengan yang kita butuhkan.
Dengan rangkian Hydrocarbon Micro Refinery ini, affordable and clean energy seperti target SDGs no 7 harusnya bisa dicapai di seluruh dunia jauh sebelum tahun SDGs 2030. Karena bahan bakunya dari sampah dan limbah yag kemarin kita buang!
Pos Lainnya
Carbon Reutilization: Healing Earth in 7 Steps
Mar 12, 2024
Bahan Bakar Alternatif : Untuk Siapa ?
Mar 12, 2024
Valorisasi Limbah Menjadi Kombinasi Energi
Mar 12, 2024
LPG Lokal, Merupakan LPG Non Minyak Bumi
Mar 12, 2024
Alhamdulillah, Kita Menang!
Mar 12, 2024
Kategori
Renewable Energy
Silakan mendaftar terlebih dahulu!
Untuk memposting komentar baru. Anda harus login terlebih dahulu. Masuk
Komentar
Tidak ada komentar