Cost Leadership In Green Energy
Advanced Renewable
Thu , 08 Dec 2022 18:16 WIB
Persepsi bahwa energi hijau itu mahal, perlu subsidi, perlu peraturan untuk mewajibkan penggunaannya dlsb. telah membuat masyarakat dan industri enggan menggunakannya dengan sukarela. Padahal tidak selalu demikian, energi hijau bisa juga murah dan bahkan lebih murah dari energi fosil bila kita pilih sumber bahan baku dan teknologi yang tepat untuk mengolahnya.
Energi hijau yang murah yang sudah menjadi buruan industri contohnya adalah woodchips, harga per satuan energinya tidak lebih dari Rp 100 per MegaJoule. Masalahnya adalah woodchips akan terus terkendala supply, karena kalau diperbesar supply-nya bisa mengorbankan lahan pertanian dan hutan. Dari sini mayoritas industri memilih gas alam untuk industri yang juga murah bila dia ada, juga batubara – meskipun akhir-akhir ini cenderung menjadi mahal – selain dia juga menjadi kambing hitam atas emisi dan pemanasan global.
Maka kami perkenalkan energi hijau baru yang bahan bakunya melimpah, dengan teknologi-teknologi yang kami kembangkan semua limbah pertanian, limbah hutan dan sampah perkotaan bisa diubah menjadi energi hijau yang sustainable. Harga per satuan energinya di kisaran 2.5 kali dari woodchip atau di kisaran Rp 250/MJ, tetapi keduanya menawarkan kemudahan dan fleksibilitas dalam penggunaannya.
Dua energi baru tersebut adalah BioOil yang kami proses menggunakan autothermal fast pyrolysis dari sampah atau limbah, dan versi up-graded-nya BioLite yang diproses lebih lanjut dengan reactor Fuzzy menjadi drop-in biofuels di kelas bensin atau diesel, bahkan juga bisa diarahkan untuk biojet maupun mazut - bahan bakar kapal. BioOil targetnya menjadi substitusi LPG untuk rumah tangga dan UMKM, juga menjadi substitusi minyak bakar dan diesel industri. Sedangkan BioLite adalah untuk pengganti transportation fuels yang ada sekarang, baik berupa bensin, diesel, avtur maupun marine fuels.
Meskipun lebih mahal dari woodchips, dengan harga energi Rp 250/MJ baik BioOil maupun BioLite masih jauh lebih murah ketimbang energi yang popular seperti LPG, diesel industri dan bahkan listrik yang harga energinya sudah di atas Rp 400/MJ. Jadi untuk menjadi hijau tidak harus mahal, tidak harus dengan bantuan subsidi, dan tidak juga perlu menunggu diwajibkan oleh undang-undang.
Lebih lanjut penggunaan energi hijau yang berasal dari sampah dan limbah ini dampaknya-pun adalah berbagai kebaikan. Kota-kota kita akan menjadi sangat bersih, air tanah tidak tercemari lindi, udara tidak tercemari gas methan, pemerintah daerah tidak dipusingkan untuk terus menerus mencari lahan untuk TPS dan TPA dan perbagai kebaikan lain yang daftarnya bisa sangat panjang!
Pos Lainnya
Tiga Garis Depan Peradaban Berkelanjutan
Dec 08, 2022
Waste Heat Energy (WHE), the Elephant in the Eyelid
Dec 08, 2022
Decoupling Economic Growth and Carbon Emissions
Dec 08, 2022
Green Hydrogen Efisiensi Tinggi Biaya Rendah
Dec 08, 2022
Kategori
Renewable Energy
Silakan mendaftar terlebih dahulu!
Untuk memposting komentar baru. Anda harus login terlebih dahulu. Masuk
Komentar
Tidak ada komentar