Dediselisasi Dengan Biometanol
Advanced Renewable
Tue , 06 Jun 2023 15:59 WIB
Salah satu cara cepat untuk dekarbonisasi sektor energi dan sekaligus menurunkan subsidi itu bisa jadi sumber dayanya sudah ada di depan mata kita, hanya saja gajah di pelupuk mata menang tidak kelihatan karena saking besarnya.
Merubah biomassa yang melimpah dari limbah pertanian, perkebunan, kehutanan hingga biomassa dari limbah atau sampah perkotaan - baik padat maupun cair - menjadi biometanol itu teknologinya matang. Dari sampah atau limbah padat hanya perlu tiga langkah, yaitu gasifikasi, syngas to methanol (StM) dan distilasi. Bila limbahnya cair, prosesnya 4 langkah yaitu anaerob digestion, biogas reforming, StM dan distilasi.
Lantas siapa yang butuh metanol ini? banyak yang membutuhkannya, tetapi dalam konteks ini adalah untuk menggantikan diesel, yang sangat banyak kita impor dan subsidi. Selain itu, petroleum diesel ini juga mengeluarkan banyak emisi CO2, per 1 liter penggunaan diesel , 2.7 kg CO2 dikeluarkan. Oleh karenanya parlemen Eropa sepakat untuk menghentikan penjualan mobil diesel (juga bensin) itu 2035 atau 13 tahun dari sekarang.
Tetapi diesel bukan hanya untuk kendaraan bermotor, di kita juga digunakan untuk pembangkit listrik di daerah atau pulau terpencil, juga untuk mesin kapal. Tentu akan sangat mahal bila kita harus mengganti mesin-mesin diesel untuk berbagai kegunaan tersebut dengan mesin baru. Maka mengganti bahan bakar diesel ini dengan metanol adalah yang paling memungkinkan untuk dilakukan.
Dari sisi teknis memodifikasi mesin diesel ke metanol tidaklah sulit, sudah banyak yang dilakukan bahkan oleh pabrikan mesinnya sendiri. Metanol dapat menggantikan diesel hingga 97%, yang 3 % sisanya adalah pelumas untuk mengatasi kelemahan yang ada di metanol yaitu lemah dari pelumasan ini.
Bila metanol yang digunakan berasal dari biomassa atau disebut biometanol, maka penggantian diesel dengan biometanol ini akan berdampak pada dekarbonisasi sektor energi yang masif. Selain itu akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang menyebar dan masif pula, karena dimana ada biomassa - disitu bisa diproses menjadi biometanol secara distributed production menggunakan apa yang kami sebut Micro Gas Plant (MGT). Meskipun wujud biometanol adalah cair, kunci produksinya ada di gasifikasi biomasanya, butuh Ultra High Hydrogen Gasification (UHHG) - karena proses StM butuh rasio H/C diatas 3.
Ini juga menjadi peluang bagi para insinyur yang suka ngulik mesin, begitu banyak mesin diesel di negeri ini yang akan tetap exist hingga setidaknya 50 tahun kedepan. Mesin-mesin diesel ini rata-rata dibuat sangat handal sehingga bisa layak pakai hingga waktu yang lama. Hanya ketika bahan bakarnya tidak ada, atau ada tetapi terlalu mahal, atau ada dan terjangkau tetapi penggunaannya tidak dikehendaki - karena faktor emisi tersebut di atas, maka yang paling masuk akal adalah mengoprek-nya untuk jalan dengan biometanol ini. Sudah akan murah tanpa subsidi sekalipun, dan 100% produk lokal!
Other Post
Universal Feedstocks for Advanced Biofuels
Jun 06, 2023
The Regenerative Fuels (RF)
Jun 06, 2023
Beware of Accelerating Global Warming!
Jun 06, 2023
Ecogas Decarbonization Model
Jun 06, 2023
Categories
Renewable Energy
Please register first!
For post a new comment. You need to login first. Login
Comments
No comments