64x64

Muhaimin Iqbal
Author

Distributed and Low Cost BioHydrogen

Advanced Renewable

Fri , 19 May 2023 21:59 WIB


Tahun lalu (2022) Bank Dunia bersama Hydrogen Council mengeluarkan laporan tentang peran hydrogen dalam pencapaian Net-Zero Emission tahun 2050. Karena pentingnya peran ini, diperkirakan pasar hydrogen tahun 2050 akan naik 7 kali lipat dari sekarang. Saat itu kontribusi hydrogen dalam penurunan emisi CO2 dunia akan mencapai angka sekitar 25%.

Karenanya sejumlah negara maju khususnya negara-negara Eropa, Amerika Utara , dan negara-negara maju lainnya berlomba melahirkan proyek-proyek raksasa yang terkait denga hydrogen ini. Pada tahun 2030 saja diperkirakan akan ada 534 project hydrogen besar yang sudah teridentifikasi.

Ada yang secara khusus menarik kami di laporan tersebut, bahwa dari sebaran project hydrogen besar tahun 2030, tidak ada satupun yang ada di negeri ini. Mengapa demikian? antara lain karena kita belum concern terhadap hydrogen ini, sehingga belum ada inisiatif besar yang foreseeable - yang bisa terwujud paling lambat tahun 2030.

Tetapi situasi ini sesungguhnya akan memberi hikmah tersendiri bagi kita. Seluruh project hydrogen yang diidentifikasi oleh Bank Dunia tersebut diproduksi dari elektrolisa air dan Steam Methane Reforming (SMR). Keduanya memang kami anggap belum menjadi hydrogen yang ideal. Cara produksinya yang besar dan terpusat juga akan membuat hydrogen menjadi high cost economy karena biaya distribusi yang sangat mahal.

Elektrolisa air menjadi hydrogen membutuhkan energi sekitar 1.6 kali dari energi yang terkandung dalam hydrogen yang dihasilkan. Jadi hanya layak diproduksi bila ada sumber energi terbarukan yang sangat murah. Tetapi bila ada energi terbarukan yang sangat murah, bukankah lebih efisien digunakan langsung ketimbang dipakai untuk memproduksi hydrogen?

Hydrogen dari SMR membutuhkan bahan baku gas alam berupa methane - yang selain tidak semua negara memilikinya, juga bisa digunakan sebagai energi langsung tanpa harus diubah menjadi hydrogen. Hydrogen memang menjadi bahan bakar bersih dan carbon-free, tetapi bila diproduksi dari metnane harus dibuat proses Carbon Capture and Storage or Utilization (CCS/U)-nya. Penggunaan gas alam langsung yang difasilitasi dengan CCS/U-pun sudah akan memberikan dampak Net-Zero yang sama.

Maka bagi negeri tropis yang tanaman tumbuh sepanjang tahun ini, sumber hydrogen terbaik kita adalah biomassa. Selain renewable, the worse case scenario-nya dia sudah carbon neutral bila prosesnya tidak melibatkan CCS/U, dan menjadi carbon negative atau carbon sink bila prosesnya melibatkan CCS/U, karena hydrogen kita adalah biohydrogen!

Lebih dari itu karena sumber biomasanya menyebar ke seluru negeri, unit-unit produksi biohydrogen ini bisa menyebar langsung di tempat-tempat penggunanya. Dengan konsep produksi in-situ dan in-time atau on-demand, biohydrogen kita akan jauh lebih murah dan jauh lebih rendah carbon foot-print-nya dibandingkan dengan project-project hydrogen dalam skala besar, karena logistik biohydrogen kita yang murah.

Tags:
Energy Emission Biomass LPG Pellet BioHydrogen

Silakan mendaftar terlebih dahulu!

Untuk memposting komentar baru. Anda harus login terlebih dahulu. Masuk

Komentar

Tidak ada komentar