64x64

Muhaimin Iqbal
Author

Halophyte For Advanced Biofuels

Advanced Renewable

Mon , 12 Dec 2022 20:27 WIB


Bumi yang kita tinggali ini 71%-nya laut dan hanya 29 % daratan, di Indonesia kurang lebih sama, daratan kita hanya 26% dan lautannya 74%. Air tawar lebih sedikit lagi, hanya sekitar 2.5% air tawar yang ada di muka bumi, sekitar 97.5%-nya air asin yang ada di laut. Bila sumber daya di darat dan air tawar terbatas, maka sudah seharusnya kita mencarinya di laut yang berpeluang jauh lebih besar.

Demikian pula ketika kita mencari bahan bakar yang sustainable, bila tanaman di bumi terbatas, mengapa tidak mencari tanaman di laut atau tanaman yang bisa hidup di air asin. Inilah yang disebut Halophyte dari bahasa latin yang artinya tanaman laut. Kita memilikinya banyak seperti kelapa dan tamanu antara lain termasuk halophyte ini, tetapi cukup perlu waktu panjang untuk menunggunya berbuah.

Maka peluang lain adalah mencari tanaman halophyte yang bisa tumbuh cepat, cepat berbuah dan buahnya mengandung minyak yang banyak. Adakah jenis tanaman ini? Ternyata ada. Salah satunya adalah dari genus Salicornia yang fotonya saya tampilkan di bawah. Hebatnya tanaman ini tahan di air laut yang sangat asin sekalipun.

Bila salinitas standar air laut di kisaran 35 gr/L, genus Salicornia ini bisa tahan hingga salinitas 70 gr/L, artinya pada tingkat keasinan dua kali dari air laut standar-pun dia masih hidup. Menariknya lagi, species tertentu dari Salicornia tersebut seperti S. bigelovii mengandung minyak hingga 33%, dan minyaknya jenis edible - bisa dimakan yang dikenal dengan Salicornia Oil.

Karena kandungan asam lemak terbanyak dari Salicornia Oil adalah Linoleic Acid (~80%) yaitu rantai hydrocarbon dengan C18 dengan 2 double bond (C18:2), maka kalau dilakukan catalytic cracking akan menghasilkan biogasoline yang paling banyak. Tetapi biogasoline dari Salicornia Oil belum termasuk Advanced Biofuels karena berebut dengan makanan.

Yang berpeluang menjadi Advanced Biofuels adalah justru ampasnya, yaitu 67% dari biomassa yang dipanen dari S. bigelovii tersebut. Setelah melalui proses fast pyrolysis, gasification, Fischer-Tropsch synthesis, catalytic cracking dan fractional distillation, maka ampas tersebut menjadi berbagai jenis Advanced Biofuels seperti drop-in green diesel, biogasoline, bio-jet (SAF) dan bio-LPG.

Tidak heran kalau nenek moyang kita dahulu memiliki semboyan Jales Veva Jaya Mahe - justru di laut kita menang, karena di laut inilah terdapat sumberdaya yang sangat besar yang belum kita olah secara optimal.

Tags:
Biofuels Bio diesel Bio gasoline SAF BioJet

Silakan mendaftar terlebih dahulu!

Untuk memposting komentar baru. Anda harus login terlebih dahulu. Masuk

Komentar

Tidak ada komentar

Kategori

  • Renewable Energy