Menangkap Carbon Dengan Sampah Dan Limbah
Advanced Renewable
Mon , 13 May 2024 21:54 WIB
Carbon capture hingga kini masih menjadi solusi yang mahal untuk membesihkan atmosfir bumi dari cemaran emisi CO2, karenanya banyak cerobong asap dari pembangkit listrik dan industri yang masih terus dibiarkan dengan derasnya melepaskan emisi CO2 ke angkasa.
Untuk akselerasi dekarbonisasi, setidaknya dibutuhkan dua hal. Pertama adalah biaya carbon capture yang rendah dan pemanfaatan hasil tangkapannya yang bernilai tinggi. Bila dua hal ini terpenuhi, kegiatan carbon capture and utilization (CCU) tidak akan lagi mejadi cost centre bagi industri, CCU bahkan bisa menjadi profit centre.
Ketika CCU menjadi profit centre, maka industri akan dengan sendirinya mau rame-rame melakukan CCU ini dan penurunan emisi CO2 dapat terakselerasi dengan cepat. Ada dua cara penangkapan carbon yang dari hasil kajian kami bisa dilakukan dengan biaya yang murah.
Pertama menggunakan carbon dari hasil karbonisasi sampah, karena carbon atau arang dari sampah ini murah, dan hanya butuh sekitar 270 gram arang untuk memangkap 1 kg CO2, maka biaya penangkapan CO2 dengan cara ini akan murah. Kedua menggunakan hydrogen, hydrogen yang pada umumnya mahal, bisa diproduksi dengan murah bila listrik untuk elektrolisa diperoleh dengan murah atau bahkan gratis, dan ini dimungkinkan bila sumber energi listrik berasal dari pemanfaatan limbah panas. Dua reaksi kimia di bawah adalah proses penangkapan carbon yang low cost ini.
Kedua cara penangkapan CO2 dengan carbon dan denga H2 tersebut keduanya menghasilkan gas CO, yaitu komponen utama syngas. Syngas ini adalah produk energi yang murah karena kalorinya juga rendah. Namun dari gas CO ini bisa diproduksi segala bentuk bahan bakar yang kita gunakan seperti diesel, bensin, LPG dan bahkan juga untuk menghasilkan hydrogen lagi.
Ada 3 reaktor yang dibutuhkan utnuk program CCU - penangkapan carbon dan pemanfataannya menjadi produk bernilai tinggi tersebut. Pertama reakstor OCCYRE (Onboard Carbon Cycle for Regenerative Energy) untuk memfasilitasi Boudouard reaction. Kedua reaktor XH2 (Extra High Hydrogen), untuk reaksi Reverse Water Gas Shift (RWGS), atau membalik arah reaksi Water Gas Shift (WGS). Dan ketiga reaktor GTX, untuk merubah gas CO dan H2 dalam rasio yang tepat mejadi bahan bakar hydrocarbon tersebut di atas.
Berawal dari dua reaksi Boudouard dan RWGS tersebut, emisi CO2 yang selama ini menjadi kambing hitam pemanasan global, perubahan iklim, cuaca ektrim dan berbagai musibah demi musibah, mestinya saat ini sudah harus bisa ditangani dengan cepat, terstruktur , sistematis dan masif, karena penangakapan CO2 dengan sampah dan limbah panas ini bisa menjadi profit centre tersendiri bagi industri yang mau mulai melakukannya.
Other Post
Sekali Merangkuh Dayung, Empat Pulau Terlewati
May 13, 2024
Bahan Bakar Baru dan Spesifikasinya
May 13, 2024
Visualisasi Visi : Mata Air Di Gurun
May 13, 2024
Keseimbangan Yang Berkelanjutan
May 13, 2024
Lowest Cost Highest Efficiency Green Hydrogen
May 13, 2024
Categories
Renewable Energy
Please register first!
For post a new comment. You need to login first. Login
Comments
No comments