Perspektif Pemulung
Advanced Renewable
Fri , 20 Jan 2023 16:32 WIB
Mayoritas kita akan melihat foto-foto di bawah sebagai masalah besar, pun demikian bagi pemerintah daerah. Ratusan hektar lahan di Jabodetabek yang digunakan sebagai Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) rata-rata sudah overload, pengadaan lahan baru tentu tidak mudah, baik dari sisi biaya maupun juga dari pilihan lokasi yang bisa diterima oleh masyarakat setempat.
Namun ada sekelompok orang yang sudah bisa melihat tumpukan sampah ini sebagai potensi besar - mereka menyambut gembira setiap truk-truk sampah baru datang ke lokasi TPA, itulah para pemulung. Mereka selalu bisa menemukan sesuatu yang berharga dari setiap tumpukan sampah baru yang ditumpahkan oleh truk-truk sampah besar yang membawanya dari seluruh penjuru kota.
Dari para pemulung inilah seharusnya kita dan utamanya para pemangku kepentingan persampahan di setiap kota - belajar perpekstif. Bila para pemulung bisa melihat bahwa plastik-plastik bekas, botol dan berbagai benda lain yang sudah dibuang oleh para pemilik sebelumnya - sebagai sesuatu yang bernilai, bukankah para pejabat daerah maupun stakeholder sampah lainnya - harusnya bisa melihat perspektif yang lebih luas lagi, bisa melihat barang-barang berharga yang bahkan belum terlihat oleh para pemulung sekalipun?
Barang-barang berharga yang pemulung-pun tidak mau melihat ini utamanya adalah benda yang secara umum disebut sebagai sampah organik. Dalam bahasa energi seluruh sampah organik ini adalah biomassa, dan dari setiap biomasa kering - rata-rata mengandung lebih dari 50 % bio-hydrocarbon. Bio-hydrocarbon inilah yang saat ini dicari oleh seluruh dunia untuk transisi energi dari fosil menuju energi yang terbarukan.
Ironi besar bahwa kita berseda mengebor perut bumi dan kedalaman lautan untuk memperoleh energi fosil yang dunia sepakat bahwa fosil inilah sumber pencemaran global yang harusnya terus ditekan - tetapi malah terus digenjot produksinya, sementara sumber energi bersih yang carbon neutral - menggunung di kota-kota kita dan tidak ada yang peduli?
Harusnya lebih murah memproses sampah yang mengandung sekitar 50% bio-hydrocarbon, menjadi biochar yang mengandung bio-hydrocarbon 80% dibandingkan dengan mengebor fossil hydrocarbon dari perut bumi dan dari kedalaman lautan. Biaya proses selanjutnya dari biochar hingga menjadi drop-in biofuels-pun harusnya tidak jauh berbeda dengan proses minyak bumi menjadi bahan bakar yang kita gunakan saat ini, baik bensin, diesel, jet-fuel dan bahkan juga LPG.
Bila dari sisi teknologi insyaAllah tidak ada masalah, juga dari sisi biaya yang ujungnya ke harga jual produk yang kompettif, lantas mengapa kota-kota kita masih tenhgelam dalam permasalahan sampah yang terus menggunung? Jawabannya adalah perspektif tadi, kita belum sejeli para pemulung dalam melihat potensi sampah ini - sehingga potensi sebesar 'gajah di pelupuk mata', yang kita lihat malah 'kuman' di kedalaman lautan dan dalam perut bumi.
Pos Lainnya
Reaktor untuk Keberlangsungan Energi
Jan 20, 2023
Penampakan Ecogas Aurora
Jan 20, 2023
Pemadatan Energi
Jan 20, 2023
Introducing Regenerative Energy Equation
Jan 20, 2023
Kategori
Renewable Energy
Silakan mendaftar terlebih dahulu!
Untuk memposting komentar baru. Anda harus login terlebih dahulu. Masuk
Komentar
Tidak ada komentar