Night in the Remote
Advanced Renewable
Thu , 18 Jan 2024 17:02 WIB
Hingga kini diesel masih menjadi andalan utama untuk berbagai kebutuhan energi di pulau-pulau dan daerah terpencil. Masalahnya diesel ini adalah bahan bakar yang paling mahal untuk memproduksi listrik, hitungan saya biaya produksi listrik dari diesel ini bisa 5-7 kali dari harga jual listrik - tergantung dari seberapa jauh dan seberapa sulit daerah yang membutuhkannya.
Sumber energi lain seperti matahari sulit diandalkan untuk daerah yang banyak memiliki awan, sedangkan angin dan geothermal tidak selalu tersedia di daerah yang membutuhkannya. Demikian pula energi tidal dari pasang-surut air laut harusnya melimpah di negeri kepulauan yang hampir 3/4 wilayahnya laut ini, namun belum juga siap dimanfaatkan. Lantas apa solusinya?
Yang paling mungkin adalah menggunakan regenerative energy, yaitu energy yang 'ditumbuhkan kembali' dari bahan bakar apapun yang sudah digunakan di daerah atau pulau tersebut. Kalau mesin pembangkit listrik yang ada adalah diesel genset misalnya, maka yang paling masuk akal ya memanfaatkan infrastruktur yang ada ini, hanya saja emisi dari pembakaran diesel-nya yang ditangkap sepenuhnya dan digasifikasi.
Setelah menjadi syngas, bahan bakar baru berupa syngas iniah yang selanjutnya dipakai oleh diesel genset yang ada. Bila seluruh emisi CO2 bisa direcovery dan dikonversi menjadi syngas kembali, kebutuhan bahan bakar dari luar berupa diesel akan turun drastis, akumulasi carbon yang siap menjadi bahan bakar akan terus meningkat dari waktu ke waktu seiring ditambahnya diesel dan carbon dari arang biomassa setempat, artinya lama kelamaan daerah ini akan surplus energi - bisa menambah genset baru bila dibutuhkan.
Inilah konsep regenerative energy itu, dia tidak habis sekali dipakai tetapi dia bisa 'ditanam' kembali menjadi bahan bakar untuk kebutuhan energy berikutnya. CO2 tidak terbang ke angkasa mencemari atmosfir bumi, tetapi dia dikonversi menjadi syngas - yaitu energi siap pakai yang murah, karena bahan bakunya dari emisi kita sendiri.
Regenerative energy berupa syngas ini tidak hanya untuk diesel genset, bisa juga untuk diesel yang digunakan untuk kapal -kapal nelayan maupun kapal transportasi, sehingga pulau yang paling terpencil-pun akan selalu bisa menumbuhkan ekonominya sendiri..
Ribuan pulau yang masih gelap di malam hari atau yang masih byar-pet listriknya karena supply diesel ke pulau mudah sekali terganggu karena faktor alam oleh musim ombak, atau faktor eknonomi karena mahal sekali untuk mendatangkan bahan bakar diesel ke pulau-pulau ini, insyaallah akan segera menjadi keindahan baru di alam hari - ketika energi yang bersih tersedia secara murah dan melimpah.
Sketsa yang saya buat di bawah ini saya beri nama 'Night in the Remote', dia adalah salah satu pulau yang saat ini masih nampak gelap di malam hari, namun dia akan segera menjadi keindahan baru di malam hari, manakala energi bisa kita hadirkan secara cukup ke pulau ini, dan untuk inilah kehadiran regenerative energy dibutuhkan.
Other Post
Valorisasi Limbah, Panas dan Emisi
Jan 18, 2024
Petani Yang Bisa Memproduksi Energinya Sendiri
Jan 18, 2024
Universal Feedstocks for Advanced Biofuels
Jan 18, 2024
Teknologi Untuk Para Santri
Jan 18, 2024
Categories
Renewable Energy
Please register first!
For post a new comment. You need to login first. Login
Comments
No comments